Edutalent.id – Surakarta. Keberhasilan tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses panjang yang penuh perjuangan dan ketekunan. Salah satu sosok inspiratif dari Boyolali yang membuktikan hal ini adalah Hasna Shalekha, seorang atlet Tapak Suci yang berhasil meraih pendidikan tinggi melalui jalur prestasi.

Hasna telah menorehkan berbagai prestasi di dunia bela diri sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Awal ketertarikannya pada Tapak Suci bermula dari sang kakak keponakan yang sering mengikuti lomba. Sejak kelas 4 SD, Hasna mulai aktif bertanding, dengan kejuaraan pertama yang ia ikuti adalah UNS Open.
Keputusan Hasna untuk menekuni seni bela diri membawa dampak besar dalam hidupnya. Ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh di Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui jalur prestasi. Prestasi yang paling membanggakan baginya adalah saat ia mewakili Jawa Tengah di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 di Medan.

“Pokoknya dari silat, saya bisa kemana-mana,” ujarnya Senin, (10/3). Pengalaman dari Tapak Suci membawanya hingga ke Malaysia untuk Training Center (pemusatan latihan sebelum PON) dan berbagai kompetisi lain, termasuk di Bali.
Menurut Hasna, Tapak Suci bukan sekadar bela diri, tetapi juga membentuk karakter dan prinsip hidupnya. “Lingkungannya mendidik, mengajarkan disiplin, serta saling menghormati. Mungkin kalau saya tidak ikut Tapak Suci, saya tidak akan memiliki pengalaman dan kesempatan seperti ini,” tuturnya.
Keputusan Hasna untuk mengambil jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Penjas) di Universitas Sebelas Maret juga dipengaruhi oleh salah satu pelatihnya, istri dari Pak Roni, yang menjadi inspirasinya dalam melanjutkan pendidikan di bidang olahraga.

Meski perjalanan yang ditempuh penuh dengan pencapaian, Hasna tidak luput dari rasa jenuh dan lelah, terutama saat menjalani pemusatan latihan (Training Center) sebelum pertandingan. Rutinitas latihan pagi, siang, dan sore sempat membuatnya merasa ingin menyerah. Namun, satu hal yang selalu ia pegang teguh adalah tanggung jawab. “Apa yang sudah saya mulai harus saya selesaikan. Itu yang menjadi motivasi saya,” tegasnya.
Kini, setelah lulus dari UNS pada Agustus 2024, Hasna telah mengabdikan dirinya sebagai guru olahraga di SMK Muhammadiyah 2 Andong. “Awalnya iseng melamar sebagai guru olahraga, ternyata diterima,” katanya.
Meski harus menempuh perjalanan 45 menit setiap hari ke UNS saat kuliah dan kini 20 menit ke tempat kerja, ia tetap menjalani semuanya dengan tekad yang kuat. Keputusan untuk tidak ngekos juga didukung oleh orang tuanya yang khawatir akan pergaulan di luar.
Sosok paling berpengaruh dalam hidupnya adalah kedua orang tuanya. “Ibuk dan Bapak pernah bilang, mereka tidak bisa memberi saya banyak hal, tapi mereka bisa menunjukkan cara agar saya sukses. Itu yang menjadi motivasi saya,” ungkapnya.
Bagi anak muda yang ingin meraih mimpi meski memiliki keterbatasan, Hasna berpesan, “Jika kita terlahir dari keluarga kurang mampu, jangan putus asa. Roda kehidupan akan selalu berputar. Yang penting kita berusaha dulu, siapa tahu Allah mengubah nasib kita.”
Perjalanan Hasna adalah bukti bahwa kerja keras, ketekunan, dan semangat pantang menyerah bisa membawa seseorang meraih impian. Dari Tapak Suci, ia tidak hanya mendapatkan prestasi, tetapi juga kesempatan mengenyam pendidikan tinggi dan kini menjadi pendidik yang menginspirasi banyak orang.
Penulis : Ipung Juniyanti (Duta Perpustakaan UMS)