Edutrend.id, Surakarta – Pembelajaran mendalam (deep learning) kini menjadi fokus penting dalam dunia pendidikan Indonesia. Kebijakan Merdeka Belajar dan penguatan delapan dimensi Profil lulusan  mendorong guru untuk siap mengubah metode mengajar dari sekadar transfer pengetahuan menjadi pembelajaran reflektif, kolaboratif, dan kontekstual. Namun, bagaimana kesiapan guru Indonesia dalam mengimplementasikan hal ini?
Konsep pembelajaran mendalam
Pembelajaran mendalam menekankan pemahaman konseptual, berpikir kritis, kolaborasi, dan pembentukan karakter siswa. Konsep ini mengajarkan peserta didik agar tidak hanya menghafal materi, melainkan mampu mengaitkan pengalaman belajar dengan kehidupan nyata.
Di Indonesia, konsep ini sejalan dengan enam dimensi Profil Pelajar Pancasila: beriman, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Hal tersebut menjadi landasan penting bagi guru dalam merancang pembelajaran yang bermakna.
Kesiapan guru dalam tiga dimensi utama
Kesiapan guru dapat dilihat dari tiga aspek utama, yakni pengetahuan pedagogik, keterampilan praktis, dan dukungan institusional. Pada aspek pengetahuan, guru dituntut memahami strategi inkuiri, berbasis proyek, dan asesmen autentik. Sementara itu, keterampilan praktis menuntut kemampuan merancang pembelajaran reflektif.
Selain itu, dukungan institusional berupa ketersediaan sarana prasarana, budaya sekolah yang inovatif, dan kebijakan pendidikan sangat menentukan kesuksesan implementasi. Sayangnya, kesiapan ini masih bervariasi antar sekolah, terutama di wilayah pinggiran.
Faktor penghambat implementasi
Beberapa hambatan utama mencakup keterbatasan pelatihan guru, infrastruktur yang belum merata, serta paradigma pembelajaran tradisional yang masih kuat. Guru sering terjebak pada metode hafalan dan kesulitan dalam menyusun asesmen autentik yang menilai kemampuan secara menyeluruh.
Di daerah terpencil, minimnya fasilitas digital juga menjadi tantangan besar. Hal ini menyebabkan kesenjangan antara pemahaman konsep pembelajaran mendalam dengan praktik nyata di kelas.
Faktor pendukung keberhasilan
Di sisi lain, implementasi pembelajaran mendalam juga mendapat dukungan dari berbagai pihak. Kebijakan Merdeka Belajar memberi ruang inovasi, komunitas pendidikan aktif berbagi praktik baik, dan banyak guru menunjukkan antusiasme tinggi untuk beradaptasi dengan paradigma baru.
Selain itu, dukungan kepala sekolah, kolaborasi masyarakat, serta adanya program pengembangan profesional berkelanjutan juga menjadi modal penting untuk memperkuat kesiapan guru.
Guru Indonesia memiliki potensi besar dalam mengimplementasikan pembelajaran mendalam, namun masih menghadapi tantangan terkait pelatihan, infrastruktur, dan budaya lama. Untuk mencapai keberhasilan, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat.
Pelatihan berkelanjutan, peningkatan fasilitas pendidikan, dan konsistensi kebijakan menjadi kunci untuk mewujudkan pembelajaran mendalam yang efektif dan berkelanjutan di Indonesia.